Selasa, 16 Desember 2014

Hijrah to Syar’i






Assalamualaykum

Masihkah kalian ingat bagaimana perjalanan hidup akhwat sekalian hingga memutuskan untuk memakai hijab? Saya yakin Ukhti pasti mempunyai suatu memori yang merupakan penggalan perjalanan hidup dan agama. Apalagi mengenai hijab. Di sini, saya akan menceritakan sedikit pengalaman saya dalam memenuhi kewajiban dari Allah.

Saya mengaku sangat lalai dan menunda-nunda untuk memenuhi kewajiban saya sebagai seorang muslimah ini. Namun, bukankah tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri di hadapan-Nya? Lebih baik kita telat daripada tidak sama sekali. Karena itu sama saja dengan
dosa besar yang akan ditanggung di akhirat nanti.

Pemikiran saya mengenai hijab mulai muncul saat saya tengah memasuki waktu pendaftaran Sekolah Meengah Pertama. Saat itu saya belum mengerti apa-apa tentang hijab. Jadi, yang saya putuskan adalah mengikuti kebanyakan teman-teman saya yang masih belum menutup aurat.

Namun di suatu waktu, saat sebentar lagi saya sebagai siswa kelas IX akan meninggalkan SMP saya, siswa di sekolah saya mulai banyak yang berhijrah (pindah) dari yang berseragam pendek ke seragam panjang plus hijab. Entah mereka hanya mengikuti trend fashion hijab yang saat itu sedang marak di kalangan remaja, atau memang telah ada kesadaran diri yang mereka dapatkan dari ayat-ayat Al-Qur’an mengenai wajibnya seorang muslimah memakai hijab.

Sejak saat itu, saya agak merasa malu saat berkumpul atau hanya sekedar berjalan dengan teman-teman saya yang menggunakan hijab. Disitu saya merasa tidak percaya diri karena terlihat berbeda dari lainnya.

Hingga saat pengumuman kelulusan tiba, serta diterimanya saya di Sekolah Menengah Atas Negeri, saya benar-benar dibuat bingung oleh keputusan yang akan saya ambil untuk kedepannya. Saat itu saya dilema antara terus untuk tidak berhijab atau justru sebaliknya. Ibu saya selalu meminta untuk saya berhijab. Namun entah kenapa berat sekali rasanya untuk mengampil keputusan itu. Siang malam saya mencoba memakai dan melepas hiab berulang kali di depan kaca dan memperhatikan pantulan wajah saya di sana. Saya takut jika dengan hijab saya tidak bisa menata rambut dengan berbagai gaya lagi. Saya takut jika saya akan terlihat jelek dengan penampilan hijab. Dan saya takut jika harus menanggung malu jika teman-teman saya nanti mengejek keputusan saya ini.

Syukron Alhamdulillah, sebelum saya masuk ke sekolah baru saya, Allah telah memberikan jawaban atas pertanyaan yang membuat saya bingung tiap kali memikirkannya itu. Allah telah memberikan hidayah pada hamba yang ingin bertaqwa kepada-Nya.  Dengan mantab dan pasti saya memilih untuk berhijab. Masih saya ingat senyum Ibu saya yang mengembang saat saya memberitahu keputusan mulia saya saat itu.

Hari pertama mengenakan hijab di sekolah baru membuat perasaan saya cukup gelisah. Saya terus memikirkan bagaimana reaksi teman-teman SMP saya dulu yang sekarang juga masih satu sekolah saat melihat penampilan baru saya. Apakah mereka akan menjelekkan, mengejek, atau menyalahkan keputusan saya ini. Namun, ternyata Allah punya kejutan untuk saya. Teman-teman sangat senang melihat penampilan saya yang berhijab. Mereka justru senang dan mendukungnya. Ah, senangnya...

Saat itu, saat awal saya berhijab, saya terpengaruh kembali dengan lingkungan saya saat itu. Saya memakai khimar (hijab/ kain kerudung yang menutupi kepala, leher, dan dada) paris yang tipis dan tidak lebar. Tidak mau repot, saya pun hanya memakainya dengan mengaitkan dua bagian khimar dengan jarum di bawah dagu saya dan menyampirkan kedua ujungnya di pundak saya. Dengan begitu, maka bagian dada saya pun tidak tertutup oleh khimar persegi yang hanya berukuran 110 cm x 110 cm itu. Saking tipisnya, terkadang bayangan rambut dan leher saya masih akan terlihat jika saya sedang berada di tempat yang terang atau terkena cahaya dan sinar matahari.

Hingga pada suatu saat, dimana pada saat itu saya tengah gemar membaca artikel-artikel menganai wanita dan hijabnya, saya mulai tertarik untuk mempelajari lebih jauh lagi mengenai hijab. Dan disebutkan bahwa berhijab yang benar dan sesuai dengan syari’at Islam yang telah diatur dalam Al-Qur’an adalah:
1.      Pakaian longgar dan tebal (gamis/ rok)
2.      Khimar lebar
3.      Khimar tebal/ tidak menerawang
4.      Bukan (pakaian) untuk ketenaran
5.      Tidak menyerupai pakaian wanita kafir
6.      Tidak menyerupai laki-laki
7.      Tidak berpunuk unta
8.      Tidak tabarruj
9.      Tidak memakai wewangian (parfum)
10.  Memakai kaos kaki
11.  Niat karena Allah

Setelah itu saya mulai mengubah penampilan hijab saya yang masih paris itu. Saya tidak lagi menyampirkan ujungnya di pundak, melainkan memberikan bros kecil untuk menarik sedikit khimar ke samping agar menutupi dada. Rasanya lebih aman meski hanya berubah sedikit saja. Sebenarnya, ada keinginan kecil dalam hati untuk mengganti khimar tipis ini dengan khimar yang lebih tebal. Tapi saya masih belum rela untuk menukarkan uang tabungan saya dengan khimar-khimar tersebut karena harganya yang memang lumayang lebih tinggi ketimbang khimar paris. Jelas saja mahal! Surga juga harganya tidak murah, bukan?

Namun, Allah masih mempunyai jalan lain untuk hamba-Nya yang ingin berjalan dalam kebenaran. Atas kuasa-Nya, Ia mempertemukan aku dengan seorang teman baru yang sangat menginspirasiku dan memperkuat keinginanku untuk berhijab lebih baik lagi. Dia seorang muslimah yang perlahan mulai memperbaiki penampilan saya. Hal ini berawal dari saat kami pertama bertemu, saya begitu kagum melihatnya. Penampilannya dalam menutup aurat sangatlah teduh untuk dipandang. Tanpa sadar saya mulai menyukai dan ingin mengikuti hijab syar’inya.

Saya sangat antusias untuk mencari khimar tebal nan panjang di sekitar tempat tinggal saya. Namun hasilnya nihil. Tidak saya temukan semudah itu. Saya terus mencari melalui media internet. Hingga akhirnya saya temukan sebuah toko online yang menjual khimar yang saya cari tersebut. Saat itulah saya memberanikan diri untuk meminta dibelikan himar tersebut kepada orang tua. Dan alhamulillahi rabbil ‘alamiin, permintaan saya dikabulkan.

Setelah paket khimar sampai di rumah saya, saya kembali bimbang. Saat saya mengganti khimar paris dengan khimar baru tersebut, yang saya takutkan adalah apabila akan ada celaan, cemoohan, atau bahkan saya akan dibicarakan orang-orang dengan penampilan baru saya yang mungkin akan terlihat aneh di mata mereka. Namun, mau bagaimanapun kalau memang sudah diniati ikhlas dan atas nama Allah, semua pasti akan berjalan baik-baik saja.

Saya beranikan diri berangkat sekolah dengan khimar baru saya. Ternyata benar dugaan saya. Teman-teman saya banyak yang terkejut, bahkan dari kelas-kelas lain yang saya lewati pun siswanya memandang saya aneh. Saya yakin tatapan mereka yang seperti itu hanya karena mereka belum terbiasa melihat apa yang sekarang mereka lihat.
Ejekan “cie sekarang syar’i nih ya...” pun sering sekali saya dapatkan. Saya hanya tersenyum dan membalas “aamiin”.
Beberapa teman menyebut saya seperti anak pesantren hingga istri teroris. Astaghfirullah... Beberapa teman lain pun memanggil saya “Bu Haji”.Dan lagi-lagi saya hanya tersenyum serta menjawab “aamiin”. Ucapan adalah doa. Berarti bagus dong, ya, saya dido’akan teman saya.

Kini saya pergi ke sekolah memakai khimar itu. Saya mulai terbiasa memakai khimar tersebut yang pada awalnya terasa sangat licin. Namun saya merasa sangat nyaman, aman, dan terlindungi dengan khimar tersebut. Lebarnya mampu menutupi dada dan punggung saya. Jadi, meski dengan khimar seperti ini saya tak cantik di mata manusia, setidaknya saya akan lebih cantik dengan penampilan semacam ini di mata Allah. Cukuplah penilaian Allah di atas segalanya. In shaa Allah akan tetap istiqomah meski ada rintangan yang berat dan tak terhingga sekalipun.
 
Wassalamu ‘alaykum







































3 komentar:

  1. pengalaman berhijab yang sangat inspiratif y ukhti,..
    semoga terus istiqomah,..
    mampir y www.mukenadistro.com
    kami adalah PRODUSEN MUKENA KATUN JEPANG berkualitas
    terima kasih..y..

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus