Assalamualaykum
Masihkah kalian ingat bagaimana perjalanan hidup akhwat sekalian hingga memutuskan untuk memakai hijab? Saya yakin Ukhti pasti mempunyai suatu memori yang merupakan penggalan perjalanan hidup dan agama. Apalagi mengenai hijab. Di sini, saya akan menceritakan sedikit pengalaman saya dalam memenuhi kewajiban dari Allah.
Saya mengaku sangat lalai dan
menunda-nunda untuk memenuhi kewajiban saya sebagai seorang muslimah ini.
Namun, bukankah tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri di hadapan-Nya?
Lebih baik kita telat daripada tidak sama sekali. Karena itu sama saja dengan
dosa besar yang akan ditanggung di akhirat nanti.
dosa besar yang akan ditanggung di akhirat nanti.
Pemikiran saya mengenai hijab
mulai muncul saat saya tengah memasuki waktu pendaftaran Sekolah Meengah
Pertama. Saat itu saya belum mengerti apa-apa tentang hijab. Jadi, yang saya
putuskan adalah mengikuti kebanyakan teman-teman saya yang masih belum menutup
aurat.
Namun di suatu waktu, saat
sebentar lagi saya sebagai siswa kelas IX akan meninggalkan SMP saya, siswa di
sekolah saya mulai banyak yang berhijrah (pindah) dari yang berseragam pendek
ke seragam panjang plus hijab. Entah mereka hanya mengikuti trend fashion hijab
yang saat itu sedang marak di kalangan remaja, atau memang telah ada kesadaran
diri yang mereka dapatkan dari ayat-ayat Al-Qur’an mengenai wajibnya seorang
muslimah memakai hijab.
Sejak saat itu, saya agak merasa
malu saat berkumpul atau hanya sekedar berjalan dengan teman-teman saya yang
menggunakan hijab. Disitu saya merasa tidak percaya diri karena terlihat
berbeda dari lainnya.
Hingga saat pengumuman kelulusan
tiba, serta diterimanya saya di Sekolah Menengah Atas Negeri, saya benar-benar
dibuat bingung oleh keputusan yang akan saya ambil untuk kedepannya. Saat itu
saya dilema antara terus untuk tidak berhijab atau justru sebaliknya. Ibu saya
selalu meminta untuk saya berhijab. Namun entah kenapa berat sekali rasanya
untuk mengampil keputusan itu. Siang malam saya mencoba memakai dan melepas hiab
berulang kali di depan kaca dan memperhatikan pantulan wajah saya di sana. Saya
takut jika dengan hijab saya tidak bisa menata rambut dengan berbagai gaya
lagi. Saya takut jika saya akan terlihat jelek dengan penampilan hijab. Dan
saya takut jika harus menanggung malu jika teman-teman saya nanti mengejek
keputusan saya ini.
Syukron Alhamdulillah, sebelum
saya masuk ke sekolah baru saya, Allah telah memberikan jawaban atas pertanyaan
yang membuat saya bingung tiap kali memikirkannya itu. Allah telah memberikan
hidayah pada hamba yang ingin bertaqwa kepada-Nya. Dengan mantab dan pasti saya memilih untuk
berhijab. Masih saya ingat senyum Ibu saya yang mengembang saat saya
memberitahu keputusan mulia saya saat itu.
Hari pertama mengenakan hijab di
sekolah baru membuat perasaan saya cukup gelisah. Saya terus memikirkan
bagaimana reaksi teman-teman SMP saya dulu yang sekarang juga masih satu
sekolah saat melihat penampilan baru saya. Apakah mereka akan menjelekkan,
mengejek, atau menyalahkan keputusan saya ini. Namun, ternyata Allah punya kejutan
untuk saya. Teman-teman sangat senang melihat penampilan saya yang berhijab.
Mereka justru senang dan mendukungnya. Ah, senangnya...
Saat itu, saat awal saya
berhijab, saya terpengaruh kembali dengan lingkungan saya saat itu. Saya
memakai khimar (hijab/ kain kerudung yang menutupi kepala, leher, dan dada)
paris yang tipis dan tidak lebar. Tidak mau repot, saya pun hanya memakainya
dengan mengaitkan dua bagian khimar dengan jarum di bawah dagu saya dan
menyampirkan kedua ujungnya di pundak saya. Dengan begitu, maka bagian dada
saya pun tidak tertutup oleh khimar persegi yang hanya berukuran 110 cm x 110
cm itu. Saking tipisnya, terkadang bayangan rambut dan leher saya masih akan
terlihat jika saya sedang berada di tempat yang terang atau terkena cahaya dan sinar
matahari.
Hingga pada suatu saat, dimana
pada saat itu saya tengah gemar membaca artikel-artikel menganai wanita dan
hijabnya, saya mulai tertarik untuk mempelajari lebih jauh lagi mengenai hijab.
Dan disebutkan bahwa berhijab yang benar dan sesuai dengan syari’at Islam yang
telah diatur dalam Al-Qur’an adalah:
1.
Pakaian longgar dan tebal (gamis/ rok)
2.
Khimar lebar
3.
Khimar tebal/ tidak menerawang
4.
Bukan (pakaian) untuk ketenaran
5.
Tidak menyerupai pakaian wanita kafir
6.
Tidak menyerupai laki-laki
7.
Tidak berpunuk unta
8.
Tidak tabarruj
9.
Tidak memakai wewangian (parfum)
10. Memakai
kaos kaki
11. Niat
karena Allah
Setelah itu saya mulai mengubah
penampilan hijab saya yang masih paris itu. Saya tidak lagi menyampirkan
ujungnya di pundak, melainkan memberikan bros kecil untuk menarik sedikit
khimar ke samping agar menutupi dada. Rasanya lebih aman meski hanya berubah
sedikit saja. Sebenarnya, ada keinginan kecil dalam hati untuk mengganti khimar
tipis ini dengan khimar yang lebih tebal. Tapi saya masih belum rela untuk menukarkan
uang tabungan saya dengan khimar-khimar tersebut karena harganya yang memang
lumayang lebih tinggi ketimbang khimar paris. Jelas saja mahal! Surga juga
harganya tidak murah, bukan?
Namun, Allah masih mempunyai
jalan lain untuk hamba-Nya yang ingin berjalan dalam kebenaran. Atas kuasa-Nya,
Ia mempertemukan aku dengan seorang teman baru yang sangat menginspirasiku dan
memperkuat keinginanku untuk berhijab lebih baik lagi. Dia seorang muslimah
yang perlahan mulai memperbaiki penampilan saya. Hal ini berawal dari saat kami
pertama bertemu, saya begitu kagum melihatnya. Penampilannya dalam menutup
aurat sangatlah teduh untuk dipandang. Tanpa sadar saya mulai menyukai dan
ingin mengikuti hijab syar’inya.
Saya sangat antusias untuk
mencari khimar tebal nan panjang di sekitar tempat tinggal saya. Namun hasilnya
nihil. Tidak saya temukan semudah itu. Saya terus mencari melalui media
internet. Hingga akhirnya saya temukan sebuah toko online yang menjual khimar
yang saya cari tersebut. Saat itulah saya memberanikan diri untuk meminta
dibelikan himar tersebut kepada orang tua. Dan alhamulillahi rabbil ‘alamiin,
permintaan saya dikabulkan.
Setelah paket khimar sampai di
rumah saya, saya kembali bimbang. Saat saya mengganti khimar paris dengan
khimar baru tersebut, yang saya takutkan adalah apabila akan ada celaan,
cemoohan, atau bahkan saya akan dibicarakan orang-orang dengan penampilan baru
saya yang mungkin akan terlihat aneh di mata mereka. Namun, mau bagaimanapun
kalau memang sudah diniati ikhlas dan atas nama Allah, semua pasti akan berjalan
baik-baik saja.
Saya beranikan diri berangkat
sekolah dengan khimar baru saya. Ternyata benar dugaan saya. Teman-teman saya
banyak yang terkejut, bahkan dari kelas-kelas lain yang saya lewati pun
siswanya memandang saya aneh. Saya yakin tatapan mereka yang seperti itu hanya
karena mereka belum terbiasa melihat apa yang sekarang mereka lihat.
Ejekan “cie sekarang syar’i nih
ya...” pun sering sekali saya dapatkan. Saya hanya tersenyum dan membalas
“aamiin”.
Beberapa teman menyebut saya
seperti anak pesantren hingga istri teroris. Astaghfirullah... Beberapa teman
lain pun memanggil saya “Bu Haji”.Dan lagi-lagi saya hanya tersenyum serta
menjawab “aamiin”. Ucapan adalah doa. Berarti bagus dong, ya, saya dido’akan
teman saya.
Kini saya pergi ke sekolah
memakai khimar itu. Saya mulai terbiasa memakai khimar tersebut yang pada
awalnya terasa sangat licin. Namun saya merasa sangat nyaman, aman, dan
terlindungi dengan khimar tersebut. Lebarnya mampu menutupi dada dan punggung
saya. Jadi, meski dengan khimar seperti ini saya tak cantik di mata manusia,
setidaknya saya akan lebih cantik dengan penampilan semacam ini di mata Allah. Cukuplah
penilaian Allah di atas segalanya. In shaa Allah akan tetap istiqomah meski ada
rintangan yang berat dan tak terhingga sekalipun.
Wassalamu ‘alaykum
pengalaman berhijab yang sangat inspiratif y ukhti,..
BalasHapussemoga terus istiqomah,..
mampir y www.mukenadistro.com
kami adalah PRODUSEN MUKENA KATUN JEPANG berkualitas
terima kasih..y..
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus