Minggu, 14 September 2014

Hujan dan Kelingking



Pada awalnya kita dekat
Kau bergurau dan tertawa bersamaku
Hayalan-hayalan konyol
Lontaran cerita konyol
Membuatku tertawa hingga sakit di perutku
Masih ingatkah, kau?
Sore itu aku kau ajak bermain
Berlari di bawah hujan yang mengguyur
Sesekali pelukanmu menghangatkan
Saat petir datang dan menyambar
Lalu, bukankah kau juga maaih ingat?
Saat itu kita sebatas sahabat
Kita hanyalah teman dekat
Saling menautkan jari kelingking
Menjaga rahasia satu sama lain
Namun, entah kenapa
Kaitan kelingking itu mulai lepas
Gandengan tangan mulai hilang
Pelukan hangat sudah merenggang
Hingga tawa pun tak pernah terdengar
Saat itu pula
Kau bilang, kau jujur padaku
Mengenai suatu perasaan
Tentang anak Adam yang sedang jatuh cinta
Tentang jantung yang berdetak lebih keras
Kini, genggaman itu terasa kembali
Buket mawar suci di tangan kirimu
Lalu, gitar, lagu, puisi
Kau mainkan untukku, kau bacakan untukku
Semua kau persembahkan untukku
Apa kau berpikir aku juga mencintaimu?
Apa kau kira aku senang dengan seperti ini?
Tidak!
Aku tidak bisa memutus persahabatan ini
Tak peduli apa kau sendiri yang sudah tak menganggapnya
Dan disinilah
Kau pergi meninggalkanku begitu saja
Kau lemah! Sangat lemah!
Dimana pelukanmu saat hujan ini kembali datang?
Sungguh, aku merindukannya, aku menginginkannya

0 komentar:

Posting Komentar